OnlineNEWS - Alhamdulillah, puji syukur ke hadirat Allah Subhanahu wa Ta’ala, yang telah menanamkan iman dan Islam ke dalam kalbu kita. Shalawat dan salam semoga tercurah selalu kepada teladan kita, baginda Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam, keluarga, dan sahabatnya serta orang-orang beriman yang selalu meniti jalan mereka. Buku di tangan pembaca ini berjudul “Pengaruh Muhammad Abduh di Indonesia” merupakan pidato Hamka ketika akan menerima gelar Doktor Honoris Causa dari Universitas Al Azhar, Mesir tahun 1958. Saya ketik ulang berdasarkan naskah cetakan tahun 1961 yang saya terima dari saudaraku DR. Andi Abu Thalib yang sedang menyelesaikan studinya di Jepang.
Nilai lebih dari pidato Hamka ini terutama selain beliau bicara mengenai sejarah perjuangan Islam di Indonesia secara ringkas, beliau pun merupakan saksi dari sejarah yang sedang beliau paparkan. Hamka banyak melakukan riset mengenai sejarah Islam di dunia khususnya asia tenggara dan terlebih khusus lagi Indonesia. Beliau banyak malakukan safar ke seluruh negeri untuk mengumpulkan teks-teks naskah peninggalan lama dan riset-riset sejarah para orientalis dan sejarawan Belanda.
Dari riset beliau selama puluhan tahun itu dikumpulkannya dan diantaranya dimuat pada bukunya berjudul “Sejarah Islam” sejumlah lima jilid. Terkadang beliau menguatkan satu tesis dan terkadang beliau membantah teori-teori yang dikemukakan sebagian orientalis, semisal beliau menolak pandangan mereka bahwa proses masuknya Islam berdasarkan “Teori Gujarat” yang sampai hari ini masih diajarkan di sekolah-sekolah. Maka jadilah riset beliau sebagai rujukan primer para akademisi dan ‘ulama yang concern terhadap sejarah Islam, karena riset beliau sangat otentik dan teruji ditinjau seringnya beliau mempertahankan tesisnya dalam diskusi ilmiah.
Tentu bukan hal mudah untuk melakukan tulis ulang sejarah Islam sekaliber riset Hamka. Hal ini karena hilangnya atau sulitnya menemukan naskah-naskah kuno Indonesia dan minimnya kemampuan bahasa Belanda untuk menelaah riset awal yang dirintis sebagian orientalis Belanda. Adapun pidato Hamka ini, kurang lebihnya merupakan ringkasan dari riset beliau terhadap sejarah Islam Indonesia, dan terlebih khusus perjuangan para pendahulu beliau yang sezaman dalam meluruskan aqidah Islam dari bahaya penyakit Tahayul, Bid’ah, dan Churafat (TBC).
Sampainya Islam dengan wajah sebagaimana kita dapati hari ini adalah dari darah, harta, dan air mata para ‘ulama dan pendahulu umat. Sudah selayaknya kita meneladani dan menyebarkan kisah perjuangan mereka sebagaimana hak mereka untuk diingat dan didoakan. Pada cetakan ini saya berikan catatan kaki terhadap ungkapan yang berbeda dengan pemahaman bahasa hari ini dan beberapa tambahan yang saya pandang relevan terkait sejarah. Demi Allah, usaha kecil untuk menulis ulang buku ini belum lah menunaikan hak mereka secuil pun dan cukuplah Allah sebaik-baik pemberi balasan bagi mereka.
Nilai lebih dari pidato Hamka ini terutama selain beliau bicara mengenai sejarah perjuangan Islam di Indonesia secara ringkas, beliau pun merupakan saksi dari sejarah yang sedang beliau paparkan. Hamka banyak melakukan riset mengenai sejarah Islam di dunia khususnya asia tenggara dan terlebih khusus lagi Indonesia. Beliau banyak malakukan safar ke seluruh negeri untuk mengumpulkan teks-teks naskah peninggalan lama dan riset-riset sejarah para orientalis dan sejarawan Belanda.
Dari riset beliau selama puluhan tahun itu dikumpulkannya dan diantaranya dimuat pada bukunya berjudul “Sejarah Islam” sejumlah lima jilid. Terkadang beliau menguatkan satu tesis dan terkadang beliau membantah teori-teori yang dikemukakan sebagian orientalis, semisal beliau menolak pandangan mereka bahwa proses masuknya Islam berdasarkan “Teori Gujarat” yang sampai hari ini masih diajarkan di sekolah-sekolah. Maka jadilah riset beliau sebagai rujukan primer para akademisi dan ‘ulama yang concern terhadap sejarah Islam, karena riset beliau sangat otentik dan teruji ditinjau seringnya beliau mempertahankan tesisnya dalam diskusi ilmiah.
Tentu bukan hal mudah untuk melakukan tulis ulang sejarah Islam sekaliber riset Hamka. Hal ini karena hilangnya atau sulitnya menemukan naskah-naskah kuno Indonesia dan minimnya kemampuan bahasa Belanda untuk menelaah riset awal yang dirintis sebagian orientalis Belanda. Adapun pidato Hamka ini, kurang lebihnya merupakan ringkasan dari riset beliau terhadap sejarah Islam Indonesia, dan terlebih khusus perjuangan para pendahulu beliau yang sezaman dalam meluruskan aqidah Islam dari bahaya penyakit Tahayul, Bid’ah, dan Churafat (TBC).
Sampainya Islam dengan wajah sebagaimana kita dapati hari ini adalah dari darah, harta, dan air mata para ‘ulama dan pendahulu umat. Sudah selayaknya kita meneladani dan menyebarkan kisah perjuangan mereka sebagaimana hak mereka untuk diingat dan didoakan. Pada cetakan ini saya berikan catatan kaki terhadap ungkapan yang berbeda dengan pemahaman bahasa hari ini dan beberapa tambahan yang saya pandang relevan terkait sejarah. Demi Allah, usaha kecil untuk menulis ulang buku ini belum lah menunaikan hak mereka secuil pun dan cukuplah Allah sebaik-baik pemberi balasan bagi mereka.
Jakarta, 16 Rajab 1429 H / 19 Juli 2008 Zico Hasan bin Nasri bin Sadin.
0 komentar:
Posting Komentar